Sudah hampir dua tahun terakhir, semenjak berpindah dari Jogja ke Jakarta, aku sangat jarang sekali berkunjung ke cafe buat ngopi, atau sekadar menghabiskan sisa pekan yang sangat-sangat kelabu.
Dan kemarin, aku kembali tempat yang begitu akrab saat suasana hati sedang dalam masa sedih, cafe. Bersama seorang teman yang kebetulan mampir di Jakarta untuk dinas. Cafe yang kami pilih cukup nyaman, dengan nuansa kekunoannya, dengan menu andalannya.
Memasuki area cafe, kami sudah disambut dengan pramusaji yang langsung menawarkan menu. Kami memesan dan menunggu sejenak. Di tengah obrolan dan beberapa topik yang sudah kami bahas, selanjutnya, pembahan sengaja kami arahkan ke pramusaji yang menghampiri kami tadi, yang sedari tadi mencuri hati kami, tepatnya temanku, dia begitu cantik.
Kami terpaksa memesan beberapa menu lagi, setelah menu pertama habis. Lebih tepatnya, sengaja untuk membuatnya kembali datang.
Malam kian larut, pramusaji terlihat membereskan meja yang sudah tak bertuan. Diawali dari menyapu di daerah paling ujung, tengah, hingga ke area meja kita. Namun, tak satupun dari kami yang berani secara terbuka menggodanya.
Hingga malam berganti hari.
Dan kemarin, aku kembali tempat yang begitu akrab saat suasana hati sedang dalam masa sedih, cafe. Bersama seorang teman yang kebetulan mampir di Jakarta untuk dinas. Cafe yang kami pilih cukup nyaman, dengan nuansa kekunoannya, dengan menu andalannya.
Memasuki area cafe, kami sudah disambut dengan pramusaji yang langsung menawarkan menu. Kami memesan dan menunggu sejenak. Di tengah obrolan dan beberapa topik yang sudah kami bahas, selanjutnya, pembahan sengaja kami arahkan ke pramusaji yang menghampiri kami tadi, yang sedari tadi mencuri hati kami, tepatnya temanku, dia begitu cantik.
Kami terpaksa memesan beberapa menu lagi, setelah menu pertama habis. Lebih tepatnya, sengaja untuk membuatnya kembali datang.
Malam kian larut, pramusaji terlihat membereskan meja yang sudah tak bertuan. Diawali dari menyapu di daerah paling ujung, tengah, hingga ke area meja kita. Namun, tak satupun dari kami yang berani secara terbuka menggodanya.
Hingga malam berganti hari.
Komentar